Friday, February 8, 2019

Maka mimpi adalah harapan.


Tidak ada yang ingin terluka,
Terlebih di sebabkan oleh orang yang kita sayangi.
Tidak ada yang ingin sendiri, bergelut dengan waktu yang dingin,
Terlebih sudah menemukan dambaan hati.
Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan.
Aku juga tidak tahu sampai dimana aku akan berjuang.
Yang pasti mimpi harus terus berkembang,
menumbuhkan harap untuk menjadi lebih baik.
Menikmati setiap tikungan tajamnya.
Melewati setiap jalanan terjalnya,
Menikmati kepingan detik waktu yang berdesir.
Hingga aku sadari bahwa perjalannku belum selesai.
Perjuangan, pengorbanan akan terus berputar.
Kebahagiaan, tangis dan tawa akan terus mewarnai,
Hingga pada akhirnya waktu berhenti dan aku harus segera pulang.
Berkumpul dengan segala amal perbuatan yang sudah terlalui.

“Hidup adalah serangkaian perubahan yang di alami dan spontan. Jangan tolak mereka, karena itu hanya menimbulkan penyesalan dan duka. Biarkan realita menjadi realita. Biarkan sesuatu mengalir dengan alami ke manapun mereka suka.” (Lao Tzu)

Perjalanan

Waktu berlalu begitu cepat. Meninggalkan segala kisa yang telah berlalu dengan caranya tersendiri. Keputusanku untuk pergi menggalkan kampung halaman mungkin adalah pilihan yang tepat untuk melupakan kesakitan dulu saat diriku mulai menyerah pada seseorang yang hatinya telah beku oleh ambisi. Hidup dalam lingkungan yang baru memberiku banyak pelajaran hidup yang belum pernah aku alami sebelumnya.

Jakarta, ibu kota yang terkenal dengan kerasnya hidup memberiku kekuatan tersendiri bagiku untuk terus bangkit dan berkembang. Keadaan finansial yang pas-pasan terkadang membuatku harus mengikat perut dan keinginan.

Bertahan dengan segala lika-liku perjalanan hidup sendirian di kota yang keras ini membuatku menjadi pribadi yang lebih tangguh. Jika sebelumnya diriku begitu mudah untuk luluh, kali ini berpikir panjang harus kepada siapa aku luluh.

Bukan hanya soal cinta, tapi juga keseharianku semuanya berubah drastis. Pelajaran demi pelajaran dalam kehidupanku selama ini mendidikku menjadi seseorang yang lebih berguna.

Terkadang sesak itu datang memenuhi deru nafas dan pikiranku. Namun, aku harus kembali menguatkan diri demi membahagiakan kedua orangtua. Ah berbicara orang tua, nampaknya aku lebih merepotkan mereka. Semoga ayah dan ibuku selalu sehat hingga Allah mengijinkan aku agar  bisa memberikan segala yang mereka harapkan.

Saturday, November 5, 2016

The End

"Aku menyerah."

Dua kata yang membuat hati terluka. Benarkah ini? Apa yang dia pikirkan hingga dia berkata seperti itu? Tak habis pikirku dengannya. Setelah sekian lama saling mempertahankan, saling memperjuangkan dan saling mendukung. Apa ini yang pantas dikatakan?
Apa perjuanganku selama ini tak cukup untuknya? Setelah 3bulan menantinya kembali, dia datang dengan membawa dua tombak kata yang langsung menusuk jantungku.
Aku memahami maksudnya, namun aku tidak bisa memahami hatinya. Dia terlalu dingin. Terlalu asing untuk ku sentuh meski dia milikku.
Lagi, aku mencoba menahan kepergiannya. Dan ini bukan untuk yang pertama. Ini adalah kesekian kalinya dia mengatakan itu. Namun kali ini, pertahananku roboh.

"Untuk apa mempertahankan orang yang jelas-jelas sudah tak menginginkan kita ada di dalam hidupnya, sementara di luar sana ada banyak orang yang mengharapkan kita ada."

Batinku menggerutu sedemikian rupa. Ternyata memberi pemahaman kepada orang yang enggan menerima kita itu adalah kesalahan besar. Seperti apapun yang kita ucapkan, sedalam apapun makna yang keluar. Tetap saja, dia enggan menerima. 

Ya, akupun menyerah. Merasa lelah menghadapi sikap dingin itu. Sikap yang membuatku jengah.

Terimakasih kau sudah menghancurkan semua harapanku dan membuatku sadar bahwa tiada seorangpun yang bisa kuperjuangkan.

Hari itu juga aku melepasmu. Membiarkanmu pergi dari pelukku. Tangisku pecah seketika. aku terlalu dalam menerimanya sehingga membuatku terluka dengan kepergiannya.


Wednesday, March 11, 2015

Sepi

Dingin ini kini mulai merasuk kedalam sel-selku
Terus menyusuri setiap aliran darahku
Dan kini menusuk lebih dalam kedalam jatungku
Membuatku mati rasa

Aku kehilangan kendali dalam roda ini
Aku tak tahu akan kemana roda ini berputar
Kau berhasil membuatku beku
Membisu dan terdian ketika kau bertanya padaku

Aku hanya dapat berkata pada diri sendiri
Kemana kehangatan yang selama ini aku dapatkan?
Yang selama ini aku rasakan
Kini semuanya hilang

Mereka pergi ke negeri antahbrata
Meninggalkan aku dalam kedinginan ini
Hanya kilau lampu dan alunan musik yang setia menemaniku disini
Aku tidak bisa merasakan apapun lagi disini

Tidak !!!
Tidak satupun yang aku rasakan. 

Wednesday, October 1, 2014

LDR

Selembut sapa di pagi hari
Mengalir doa yang terucap dari hati
Sejuta rasa yang telah ada
Kini tumbuh dengan indah
Bersatu dalam satu rasa
Menjadi sebuah kebahagiaan yang tidak terkira
Kadang jarak adalah hal yang menyakitkan
Namun jarak adalah sebuah tantangan
Tak banyak yang bisa kita lakukan
Hanya bisa menanti
Datangnya hari
Hari dimana tuhan mempertemukan kita
Dalam satu rasa yang sama
Rasa yang selama ini terpendam dan hanya mampu terucap
Tanpa terjadi
Tantangan untuk kita percaya
Bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah
Untuk kita
Tak berjumpa dalam waktu lama
Membuat kita menahan rindu yang semakin menggebu

Resensi Novel Mencintaimu Di Jannah

          Novel mencintaimu di jannah, karangan Ullan Pralihanta teh medal na taun 2013. Eta novel diterbitkeun ku Zettu, kandelna 408 kaca, kabagi 33 bagian.
          Ullan Pralihanta  nyaritakeun dua sobat anu papisah mangtaun-taun terus patepung deui dina kaayaan tempat jeung rasa nu beda.
          Caritana Rahman ngarasa dendem ka kulawarga Arya Laksono, sabab pikirna Rahman kulawarga Arya Laksono nu jadi sebab Abina maot teh. Rahman hijrah ka Jakarta terus mulai sukses dina dunya hiburan.
          Sukses dina dunya hiburan kalah ngarubah watekna Rahman nu tadina getol ibadah ayeuna mah estu hese. Dina hiji peuting Rahman teh panggih jeung Sarah anakna Arya Laksono, sobatna keur leutik. Sarah jadi istri anu geulis campernik. Sarah teu apaleun eta nu nulunganna teh saha. Rahman boga kereteg rek maehan Sarah pikeun muaskeun dengdemna. Ngan duka kunaon eta rencana teh teu aya nu hasil hiji-hiji acan.
          Dina hiji poe, Rahman kakara sadar yen manehna geus nyia-nyiakeun rasana jeung Sarah. Rahman ngahaja ngadatangan sarah, tapi pas anjog ka imahna Sarah tos teu aya di eta tempat. Rahman kacida hanjakalna, pas di hubungan ka nomerna sarah rupina lain sarah nu ngangkat tapi babaturanna. Sarahna mah parantos mulih ka tempat anu tenang.
          Ieu carita kacida resepna, bahasana jelas, pola nulisna alus, tata artistikna aya. Tapi teu aya ilustrasi gambar penjelasan.
          Gaya pangarang dina ngarang estu realistis nyaritakeun kahirupan jaman ayeuna nu pinuh ku make perasaan. Maksud pangarang dina eta novel teh kacida alusna, yen urang teh ulah sok nyia-nyiakeun waktu pikeun hal-hal nu teu penting. Dina kahirupan butuh proses jeung adaptasi.
          Kakuranganna nyaeta henteu di dukung ku ilustrasi gambar anu fungsina pikeun pembaca teh ngarti kana suasana bacaanna.


hapunten bilih aya kalepatan.



Tuesday, June 10, 2014

Rindu

Ada satu rasa yang terpendam
Hingga membuatnya tak bertuan
Semakin lama semakin dalam
Bagai mentari di telan gelapnya malam
Sang dewi malampun tak menampakan dirinya
Membiarkan diri ini sepi sendiri
Tanpa kehadirannya
Gelap terasa saat ku menatap sekelilingku
Aku menanti sebuah jawaban yang mungkin tidak akan pernah terjawab
Oleh apapun dan siapapun itu
Kenapa?
Karena semua jawaban itu hanya tuhan yang tau benar atau salahnya
Aku merindukannya seperti merindukan rembulan
Aku ingin menemaninnya seperti bintang menemani rembulan
Lihaaaaat
Pelangi melengkung pagi ini
Menambah keindahan yang terpacar hari ini
Semoga tuhan mendengar apa doa kami

T- Mobile - iPhone 14

Images of the iPhone 14 Pro from T-Mobile inadvertently display the separate pill + hole punch configuration. We all anticipated...