Friday, September 9, 2022

Butterfly

Aku pernah merasakan patah hati. Aku pernah merasakan sakitnya terabaikan. Dari semua kesakitan yang aku rasakan, semua itu mengajarkanku menjadi tumbuh lebih dewasa. Lebih berpikir dengan jernih. (Harusnya)

Perjalanan ini membuatku selalu bimbang dengan arah tak menentu. Terbang kesana-kemari bagaikan kupu-kupu yang mencari tempat untuk bernaung.

Kamu tau aku benci asap rokok, Sayang. Tapi gapapa, karena itu kamu, aku tetap tersenyum dan kita hirup bersama.

Sunday, September 15, 2019

Sukma

Gelapku meredam tanya
Rasaku yang tumbuh saat jumpa pertama
Aku menepis kegelisahan itu
Mengabaikan semua pertanda

Namun, semakin hari nampak semakin membara
Rasa yang begitu hangat merasuk kedalam sukma
Hingga aku bertanya padanya

"Hai sukma, sanggupkah kau menampungnya?"

Dia bergeming, seakan menolak namun mengiyakan
ketidakpastian yang menyajikan sejuta harapan

menyajikan kegelisahan juga kenyamanan
kecemburuan juga rasa dicintai

aku tak penah tahu
tatap mata itu mampu meluluhkan diri yang beku

Wah.. setajam itu ya tenggelam dalam kemelut rasa

Saturday, September 14, 2019

Aku?

Aku menerka semua kepingan harapan yang terus berkelana dalam angan
Mencari arti dalam setiap hembusan nafas.
Hamparan rindu yang mengikis sepi, menuangkan cerita dalam untaian kata.
Ruang yang kau biarkan hampa ini, perlahan luluh lantah.
Semakin sepi tak terkira
Harapan yang kau lambungkan, kian hari makin melekat dan merasuk ke dalam jiwa.
Aku berbisik pada waktu yang berdetak, menampilkan kehidupan yang tak kunjung usai
Waktu yang di nantikan akan segera tiba

Namun,
Memilih tak semudah itu bambang!
Kau perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Kau perlu pengorbanan untuk menggapainya.
Keyakinan yang yakini pada akhirnya menyisakan kegelihan yang tida henti
Melahirkan kesepian yang terus menghantui
Ruang hampa kini semakin kosong
Langit-langit tak berwarna lagi
Hamparan kegelisahan semakin mejadi
Memupuk asa yang tak bertepi
Hingga kau berteman dengan sepi

Aku lelah menghadapi duniaku kini
Semua sangkaan
Semua pertikaian
Semuanya yang berujung pada kegundahan

Mimpiku kini terasa asing.
Marapanku kini terasa pudar, semakin tak menentu arah.
Inginku tak lagi sama,
dan semua orang tak akan ada yang peduli dengan apa yang alami

Mereka hanya ingin tahu apa yang terjadi
bukan kenapa bisa sampai terjadi
dan memilih asumsi mereka sendiri.

Salam miris dari si pesimis yang menjadi manis.

Friday, February 8, 2019

Maka mimpi adalah harapan.


Tidak ada yang ingin terluka,
Terlebih di sebabkan oleh orang yang kita sayangi.
Tidak ada yang ingin sendiri, bergelut dengan waktu yang dingin,
Terlebih sudah menemukan dambaan hati.
Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan.
Aku juga tidak tahu sampai dimana aku akan berjuang.
Yang pasti mimpi harus terus berkembang,
menumbuhkan harap untuk menjadi lebih baik.
Menikmati setiap tikungan tajamnya.
Melewati setiap jalanan terjalnya,
Menikmati kepingan detik waktu yang berdesir.
Hingga aku sadari bahwa perjalannku belum selesai.
Perjuangan, pengorbanan akan terus berputar.
Kebahagiaan, tangis dan tawa akan terus mewarnai,
Hingga pada akhirnya waktu berhenti dan aku harus segera pulang.
Berkumpul dengan segala amal perbuatan yang sudah terlalui.

“Hidup adalah serangkaian perubahan yang di alami dan spontan. Jangan tolak mereka, karena itu hanya menimbulkan penyesalan dan duka. Biarkan realita menjadi realita. Biarkan sesuatu mengalir dengan alami ke manapun mereka suka.” (Lao Tzu)

Perjalanan

Waktu berlalu begitu cepat. Meninggalkan segala kisa yang telah berlalu dengan caranya tersendiri. Keputusanku untuk pergi menggalkan kampung halaman mungkin adalah pilihan yang tepat untuk melupakan kesakitan dulu saat diriku mulai menyerah pada seseorang yang hatinya telah beku oleh ambisi. Hidup dalam lingkungan yang baru memberiku banyak pelajaran hidup yang belum pernah aku alami sebelumnya.

Jakarta, ibu kota yang terkenal dengan kerasnya hidup memberiku kekuatan tersendiri bagiku untuk terus bangkit dan berkembang. Keadaan finansial yang pas-pasan terkadang membuatku harus mengikat perut dan keinginan.

Bertahan dengan segala lika-liku perjalanan hidup sendirian di kota yang keras ini membuatku menjadi pribadi yang lebih tangguh. Jika sebelumnya diriku begitu mudah untuk luluh, kali ini berpikir panjang harus kepada siapa aku luluh.

Bukan hanya soal cinta, tapi juga keseharianku semuanya berubah drastis. Pelajaran demi pelajaran dalam kehidupanku selama ini mendidikku menjadi seseorang yang lebih berguna.

Terkadang sesak itu datang memenuhi deru nafas dan pikiranku. Namun, aku harus kembali menguatkan diri demi membahagiakan kedua orangtua. Ah berbicara orang tua, nampaknya aku lebih merepotkan mereka. Semoga ayah dan ibuku selalu sehat hingga Allah mengijinkan aku agar  bisa memberikan segala yang mereka harapkan.

Saturday, November 5, 2016

The End

"Aku menyerah."

Dua kata yang membuat hati terluka. Benarkah ini? Apa yang dia pikirkan hingga dia berkata seperti itu? Tak habis pikirku dengannya. Setelah sekian lama saling mempertahankan, saling memperjuangkan dan saling mendukung. Apa ini yang pantas dikatakan?
Apa perjuanganku selama ini tak cukup untuknya? Setelah 3bulan menantinya kembali, dia datang dengan membawa dua tombak kata yang langsung menusuk jantungku.
Aku memahami maksudnya, namun aku tidak bisa memahami hatinya. Dia terlalu dingin. Terlalu asing untuk ku sentuh meski dia milikku.
Lagi, aku mencoba menahan kepergiannya. Dan ini bukan untuk yang pertama. Ini adalah kesekian kalinya dia mengatakan itu. Namun kali ini, pertahananku roboh.

"Untuk apa mempertahankan orang yang jelas-jelas sudah tak menginginkan kita ada di dalam hidupnya, sementara di luar sana ada banyak orang yang mengharapkan kita ada."

Batinku menggerutu sedemikian rupa. Ternyata memberi pemahaman kepada orang yang enggan menerima kita itu adalah kesalahan besar. Seperti apapun yang kita ucapkan, sedalam apapun makna yang keluar. Tetap saja, dia enggan menerima. 

Ya, akupun menyerah. Merasa lelah menghadapi sikap dingin itu. Sikap yang membuatku jengah.

Terimakasih kau sudah menghancurkan semua harapanku dan membuatku sadar bahwa tiada seorangpun yang bisa kuperjuangkan.

Hari itu juga aku melepasmu. Membiarkanmu pergi dari pelukku. Tangisku pecah seketika. aku terlalu dalam menerimanya sehingga membuatku terluka dengan kepergiannya.


Wednesday, March 11, 2015

Sepi

Dingin ini kini mulai merasuk kedalam sel-selku
Terus menyusuri setiap aliran darahku
Dan kini menusuk lebih dalam kedalam jatungku
Membuatku mati rasa

Aku kehilangan kendali dalam roda ini
Aku tak tahu akan kemana roda ini berputar
Kau berhasil membuatku beku
Membisu dan terdian ketika kau bertanya padaku

Aku hanya dapat berkata pada diri sendiri
Kemana kehangatan yang selama ini aku dapatkan?
Yang selama ini aku rasakan
Kini semuanya hilang

Mereka pergi ke negeri antahbrata
Meninggalkan aku dalam kedinginan ini
Hanya kilau lampu dan alunan musik yang setia menemaniku disini
Aku tidak bisa merasakan apapun lagi disini

Tidak !!!
Tidak satupun yang aku rasakan. 

T- Mobile - iPhone 14

Images of the iPhone 14 Pro from T-Mobile inadvertently display the separate pill + hole punch configuration. We all anticipated...