Dinda seorang
gadis cantik yang disukai banyak pria. Tak satupun pria yang tidak menyukainya. Termasuk Alex teman lelaki
dekatnya sejak kecil. Mereka sudah seperti saudara kadung. Kemana Dinda pergi
Alex selalu siap mengantar dan menemaninya, begitupun sebaliknya. Kemanapun
Alex pergi Dinda siap menemaninya.
Di
halaman kampus terlihat Dinda sedang duduk sendirian sambil membaca buku
kemudian Alex menghampirinya.“Heyy jangan
so rajin deh hahaha” sambil menepuk pundak Dinda.”Eh kamu lex, gapapa dong daripada kamu so
pinter hehe” ledek Dinda pada Alex dengan kagetnya, dia hanya nyengir malu
karena merasa mungkin. “Din malam ini
kamu ada acara gak?” tanya Alex. “Gak ada lex, kenapa? Mau ngajak nonton yaaa?
Hehe” jawab Dinda dengan percaya dirinya. “Yakin gak ada? Ih so tau, aku mau ajak kamu ke pasar malam juga
hahaha” ujar Alex sambil tertawa puas melihat percaya dirinya Dinda yang
begitu tinggi. “Emang ada pasar malam? Ko
aku gatau ih!” jawab Dinda sambil senyum malu. “Kamu si so rajin sampai-sampai gak tau ada pasar malam. Mangkanya aku
mau ngajak kamu biar seru!” “Okey aku
mau! Tapi nantinya jajanin yaaa, jangan kerjain aku!!” seru Dinda sambil
tertawa. Mereka tertawa bersama
sambil bergurau seperti biasanya.
Sepulangnya
dari kampus mereka pulang bersama, seperti biasa Alex mengantar pulang Dinda
dulu ke rumahnya setelah mengantar Dinda pulang barulah Alex pulang. “pulang bareng Alex?” tanya seorang wanita dari dapur. “iyah mah, mamah juga tau aku pulang dan
pergi sama dia.” Jawab Dinda sambil menghampiri dan mencium wanita itu.
Ternyata wanita itu adalah mamahnya Dinda. “ko
gak di ajak masuk dulu? Lagi buru-buru emang?” tanya mamah Dinda. “iyah mah buru-buru, soalnya nanti malam aku
sama Alex mau pergi ke pasar malam. Dinda ke kamar dulu ya mam”jawab Dinda
sambil pergi menuju kamarnya. Sesampainya di kamar Dinda merebahkan badannya di
atas kasur yang empuk dan memejamkan matanya hingga ia pergi ke alam mimpi.
Tak
terasa waktu sudah menunjukan pukul 18.00 namun Dinda masih terbaring di atas
tempat tidurnya, berkali-kali mamahnya mengetuk pintu kamarnya namun Dinda
tetap tidak bangun. Handphone yang berkali-kali bunyi pun tidak membuat Dinda
bangun. “ini anak tumben jam segini masih
di dalam kamar, tidurnya lelap sekali. Kecapean mungkin, yasudah nanti juga
bangun sendiri.” ujar mamahnya sambil pergi meninggalkan kamar Dinda.
Tak lama kemudian untuk kesekian kalinya
handphone itu berbunyi lagi barulah Dinda bangun dari alam mimpinya dan
mengangkat telepon itu. “Hallo, Din kamu
engga kenapa-kenapa kan? Kamu baik-baik aja kan?” tanya seorang lelaki dari telefon itu yang
sudah tidak asing lagi suaranya, ternyata itu Alex. “Hallo, iya aku engga kenapa-kenapa ko. Emang kenapa? Ko kaya yang
khawatir gitu sih?” tanya dinda dengan nada lemas. “habis dari tadi aku telepon engga di angkat, sms juga engga di bales.
Abis dari mana emang nyonya?” jawab Alex sedikit kesal. “oh maaf lex gak kedenger, aku baru bangun tidur hehe” jawab Dinda
dalam keadaan setengah sadar.”uh kamu
tidur aja, mandi sana cepetan. Dandan yang cantik jam 7 malam aku jemput kamu
ke rumah okey!” ujar Alex “habis
capek banget tugas kampus numpuk tadi hehe okey aku tunggu.” “yasudah sampai
bertemu nanti” “okey bye!” tttuuutt..tttuuttt…ttuuuttt telepon tertutup.
Dinda bangun dari tempat tidurnya lalu pergi ke kamar mandi.
Selesai
mandi Dinda tidak bergegas rapi-rapi atau berdandan, tak seperti biasanya dia
malah asik nonton tv bersama mamah nya sampai-sampai dia lupa ada janji dengan
Alex malam ini. Bel berbunyi. “biar Dinda
yang buka mah.” Ujar Dinda sambil
pergi menuju pintu depan. Ketika pintu di buka, Dinda melihat pria yang sudah
taka sing baginya. “Alex?” tanya Dinda bingung. “eh Din, kamu ko belum siap?” jawab Alex. “oiyah aku lupa mala mini kita mau pergi kan? Maaf lex, aku ke asikan
nonton tv nih sama mamah. Jarang-jarang sih hehe yaudah aku genti baju dulu deh
ya, kamu masuk aja” ajaknya. Alex masuk dan menemui mamahnya Dinda. “eh Alex, mau pergi ya? Pergi kemana?”
tanya mamah Dinda. “mau ajak Dinda ke
pasar malam tante, boleh kan? Hehe” jawab Alex. “boleh saja, tapi kamu jagain dia yah. Tante percaya sama kamu.” Ujar
mamahnya Dinda sambil tersenyum. Memang mamahnya Dinda sangat dekat dengan
Alex, mamahnya Dinda sudah mengenal Alex sejak kecil. Tak lama kemudian Dinda
keluar dari kamarnya.”Ayo lex kita
berangkat” ajak Dinda. “ayo”
jawab alex singkat. “mam Dinda keluar
dulu yah, mamah hati-hati dirumah” ujar dinda sambil mencium mamahnya. “iyah sayang, kamu juga hati-hati. Alex,
tente titip Dinda yah” “iyah tante,
yasudah kami pergi dulu ya” jawab alex. Mereka pergi meninggalkan rumah
Dinda.
Sesampainya
di pasar malam mereka pergi untuk mencari makan terlebih dahulu. Mereka
menghampiri pedagang sate. “sate disini
enak ga?” tanya Dinda. “kalau kata
aku sih enak, tapi gatau kata kamu hehe” jawab Alex. “kalo kata kamu enak pasti enak, soalnya selera lidah kamu sama aku kan
sama hehe” canda Dinda. Selesai makan, mereka pergi ke arena permainan,
setelah puas bermain mereka duduk di sebuah bangku di taman dekat pasar malam
itu. Dinda merasakan ada yang berbeda dari Alex malam itu, dia sangat terlihat
canggung dan tidak seperti biasanya.
Sambil memakan permen gula yang
dibeli tadi di pasar malam, Alex tiba-tiba berbisik pada Dinda. “aku sayang kamu” bisiknya lembut di
telinga Dinda. Sontak Dinda kaget, tidak seperti biasanya dia seperti itu. “apa? Kamu sayang aku?” tanya Dinda
heran. “iyah Din, aku sayang kamu. Selama
ini aku diam-diam menyukaimu. Maafkan aku, aku baru mengatakan ini padamu.”
jawab Alex. Sejenak mereka terdiam. Dinda bingung atas apa yang dia rasakan
sekarang. Alex membuka pembicaraan kembali “
apa kamu mau untuk jadi kekasihku?” tanya Alex sambil menatap Dinda denngan
lembutnya. “Kekasihmu? Apa kau
benar-benar mengatak itu? Kau sedang bergurau kah?” tanya Dinda untuk
memastikan. “aku tidak bergurau Din, aku
benar-banar menyukaimu. Aku ingin kamu menjadi kekasihku, bukan hanya sekedar
teman atau sahabat. Aku mencintaimu Din!” tegas Alex. “jujur aku juga merasa nyaman denganmu, tapi aku belum bisa memastikan
perasaanku padamu lex. Selama ini kita selalu bersama, dan kamu tau aku belum
berfikir untuk mempunyai kekasih. Maafkan aku.” Jawab dinda. Dengan jawaban
seperti itu, Alex mengerti. Dinda sedang menikmati kesendiriannya. “baiklah, aku mengerti keadaanmu.” Jawab
alex singkat. “maafkan aku ya lex, aku
gak bermaksud buat nyakitin perasaan kamu. Aku harap kamu memang mengerti
keadaanku.” Ucap Dinda dengan nada bersalah. “iyah engga apa-apa ko, aku ngerti. Aku tetep sayang kamu biarpun kamu
masih ingin sendiri.” Jawab Alex. “kita
tetep sepeti biasakan?” tanya Dinda. “iyah
Din kita tetap seperti biasa, dan aku harap kamu tetp menjadi Dinda yang aku
kenal. Anggaplah kejadian ini tidak pernah terjadi.” “makasih lex, kamu memang pengertian.” “aku harap kamu tidak
meninggalkan aku Din.” “aku enggak akan pernah ninggalin kamu lex, kamu sudah
seperti kaka aku. Jika kita memang berjodoh kita akan di persatukan. Jangan khawatir.”
Mendengar perkataan seperti itu, Alex hanya tersenyum.
Memang Alex adalah seorang pria
yang baik hati, dia tidak sombong dan tidak seperti kebanyakan pria lainnya.
Dinda mengenal banyak tentang Alex, namun satu hal yang belum dia kenal dari
Alex. Cintanya.
No comments:
Post a Comment